Pandangan Saya Sebagai Muslim Mengenai Covid-19

"Ilmu hakekat adalah meninggalkan harapan memperoleh pahala dan bukannya meninggalkan amal" -Hasan al-Bashri

Saya akan memulai dari hal yang paling dasar terlebih dahulu. Definisi agama.

Agama berasal dari dua kata, a yang berarti tidak dan gama yang artinya kacau. Sehingga, agama dapat diartikan sebagai alat agar suatu hal tidak kacau. 

Bisa kita lihat pula, dalam sejarah atau kejadian sekarang ini. Orang-orang tidak takut akan yang namanya kematian, karena mereka percaya akan dunia kemudian. Mereka juga terjauhi dengan kekosongan makna di dunia, karena mereka percaya akan pahala dan dosa. Ya, ini karena agama. Bahkan, beberapa orang, ada yang mau mengorbankan nyawanya karena agama, jihad istilahnya dengan harapan pahala dan dunia kemudian. Buruk? Tidak juga.

Jika kita ingin menilai sesuatu maka kita harus buatkan takarannya dong, sudut pandang mana yang ingin kita pakai (sebab semua hal itu relatif, anjay Einstein). Nah, dalam beragama jelas nih panduannya. Untuk umat Islam kita berpatokan pada al-Quran, Sunnah dan ijma' Ulama.

Sangat disayangkan, sekarang ini ada sebagian umat Islam yang terlihatnya paling benar dengan mengatakan "Hidup dan mati itu oleh Allah. Jangan takut sama virus korona. Ayo ramaikan masjid!" padahal sebenarnya tidak demikian jika kita tetap berpatokan pada panduan umat Islam.

Yang perlu diluruskan juga bahwa diperlukan sebuah usaha(amal) sebelum tawakkal. Kita tidak boleh hanya berangan-angan kosong terhadap kemurahan Allah saja dan tidak lagi berbuat sesuatu hal yang realistis. Hadits berikut mungkin akan memberikan gambaran yang jelas:
Amr bin Umayah RA berkata, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, Apakah aku ikat dahulu unta (tunggangan)-ku lalu aku bertawakal kepada Allah, atau aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal ? 'Beliau menjawab, 'Ikatlah kendaraan (unta)-mu lalu bertawakallah". (Musnad Asy-Syihab).

Begitu pula dengan wabah korona ini. Kita harus melakukan sebuah tindakan. Di antaranya menjauhi tempat wabah (ketika kondisinya seperti ini ya kita harus menjauhi tempat berkumpul banyak orang). Sebenarnya Khalifah Umar bin Khattab Ra. Pernah mencontohkan kita, di mana Ketika beliau akan mendatangi negeri Syam dan ada berita bahwa di sana sedang ada sebuah wabah, maka beliau pun memutuskan untuk pulang kembali ke Madinah. Saat Sayyidina Umar berkata hal tersebut sontak ada seorang sahabat bertanya "Apakah engkau akan lari dari takdir Allah?" maka sahabat Umar menjawab "Ya, kami lari dari takdir Allah, menuju takdir Allah yang lain.  Bagaimana pendapatmu, jika kamu memiliki unta kemudian tiba di suatu lembah yang mempunyai dua daerah, yang satu subur dan yang lainnya kering, tahukah kamu jika kamu membawanya ke tempat yang subur, niscaya kamu telah membawanya dengan takdir Allah. Apabila kamu membawanya ke tempat yang kering, maka kamu membawanya dengan takdir Allah juga." 

Serta Nabi Muhammad SAW pun sebenarnya sudah bersabda "jika kalian mendengar suatu negeri terjangkit wabah, maka janganlah kalian menuju ke sana, namun jika dia menjangkiti suatu negeri dan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dan lari darinya" (Shahih Bukhari no. 5288)

Ah entahlah, saya bukan seorang alim. Saya hanya seorang remaja muslim yang sedang mencari jati diri. Mungkin apa yang dipaparkan saya juga banyak salahnya. 

FYI. MUI pun telah mengeluarkan fatwa tentang pelaksaan ibadah saat pandemi korona. Rekan-rekan sekalian mungkin bisa untuk menelangahnya. Perlu dipahami, bahwa yang membuat fatwa ini adalah ulama, ilmu mereka sudah luas. Sedangkan kita hanya seorang awam. Oleh karena itu lebih baik, kita percaya saja dengan mereka. Yuk bisa yuk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tebak-tebakan Tanggal Lahir

GADANG TEROS SAMPE MAMPOS

Jangan Pernah Mengikuti Saya: Sebuah Curhatan