Try and Make a Mistakes


Seminggu yang lalu, 11 November 2018. Saya mengikuti tahap penyisihan OLIMATIKA GMM UPI 2018. Dan alhamdulillah, saya lolos dengan hasil yang cukup memuaskan. Bukan hanya tiket menuju final GMM yang saya dapat dari pengalaman tersebut, saya juga memperoleh banyak hal menarik seperti yang akan saya ceritakan berikut.

Jam Terbang

                Ada istilah “jam terbang”, yang maknanya adalah seberapa sering kita sudah melakukan sesuatu. Nah, yang saya petik dari kegiatan kemarin. Ternyata jam terbang itu tidaklah menjadi hal penentu seseorang telah ahli dalam melakukan sesuatu, jika pengalaman yang telah ia laksanakan tidak ia nikmati, tidak ia hayati, tidak ia ambil hikmahnya. Penyisihan yang dilaksanakan itu kebanyakan diikuti oleh kelas 12. Ada seseorang yang saya ingat, ketika saya SMP dia mengikuti juga lomba OLIMATIKA SMA, mendapatkan juara dan saya rasa ditahun ini (dimana ia menginjak kelas 12 juga) dia akan mendapatkan juara juga. Ya, dia sudah berpengalaman, berkecimpung dalam matematika SMA dalam waktu 2 tahun lebih. Namun, persepsiku salah. Dalam pengumuman akhir, ternyata dia mendapatkan peringkat dibawah saya. Saya juga mendengar ketika dia membicarakan soal yang telah diujikan tersebut kepada temannya. Dimana soal tersebut sebenarnya didalam silabus sudah ada, soal tentang “Pigeon Hole”. “Lah kok bisa, yang tahun kemaren menang sekarang tidak. Harusnya kalo kemaren waktu kelas 11 menang ya sekarang harus lebih lebih lah” ujar saya dalam hati.
                Memang, pengalaman itu sangatlah penting. Namun, jika hanya sekadar untuk menambah “jam terbang” saja, menurut saya salah. Pengalaman yang telah kita lalui itu, harus kita ambil hikmahnya. Bahkan untuk mendapatkan mutiara tersebut, kita dapat mengambilnya dari pengalaman orang lain. Misalkan, disaat kita melihat kendaraan orang lain tercuri karena lupa untuk menguncinya. Kita ambil pengalaman dari mereka, agar ingat untuk mengunci kendaraan sebelum meninggalkan parkiran. Oh iya, konsep yang saya katakan diatas jika “saat kelas 11 menang ya sekarang harus lebih” itu ternyata tidak dapat diaplikasikan dalam hidup ini. Manusia tidaklah selalu memiliki progress yang meningkat, pasti ada naik turunnya. Oleh sebab itu, kita ambil hikmahnya bahwa “Manusia itu tidak akan pernah selalu diatas, pasti akan ada massa nya gagal. Kita hanya perlu menyiapkan diri, agar disaat massa itu datang. Kita tidak terlalu jauh terpuruk.”. Penutup sub-bab, ambil juga hikmah tentang menjadi seseorang yang konsisten. Karena tulisan saya tidak konsisten :v
(Sumber: web SMAN 3 Bandung)

Siapa yang Bisa Menang?

                Dalam sebuah kompetisi, masing masing peserta pasti ingin untuk menjadi juara. Sebagian, bahkan merasa tujuan lomba itu untuk menang. Oke bagus, namun sebenarnya itu sekadar tambahan. Jika kita merasa lomba itu untuk menjadi pemenang, disaat kita kalah. Maka, kita anggap semua yang telah diperjuangkan itu hilang begitu saja. Toh, tujuan kita nggak tercapai. Padahal telah banyak hal yang didapatnya, seperti pengalaman. Bonus saat lomba sebenarnya hanya ditujukan untuk orang yang beruntung. Lalu siapa itu orang beruntung?
                Ada rumusan yang mengatakan LUCK=Preparation+opportunity. Sebenarnya untuk menjadi orang yang beruntung itu tergantung atas persiapan kamu, siapa yang paling rajin membuka, memahami, menganalisisa matematika itu akan jadi juara olimpiade. Dan pada saat lomba, opportunity semua peserta itu sebenarnya sama untuk jadi juara. Jadi yang paling penting untuk menjadi juara itu, persiapan. Tidak akan ada juara olimpiade yang hanya mempersiapkan dirinya hanya waktu 1 bulan, saya yakin. Ia telah mempersiapkan materi materi beberapa bulan sebelumnya. Menjadi juara itu tidak ada yang instan.

Make a Mistakes

                Saat melaksanakan tes di SMAN 2 Subang, saya sedikit melihat lihat keadaan kelas. Mata saya pun tertuju pada banner “Rules of class”. Hal yang paling menariknya adalah disana tertuliskan “try and make a mistakes”. Hal itu sangat patut dilakukan oleh semua orang rasanya. Seperti yang dikatakan awal, manusia itu pasti melakukan kesalahan. Tidaklah perlu kita malu untuk mengakui hal itu. Yang penting kita telah mencoba. Kebanyakan orang, termasuk saya juga. Dikala ada sesuatu hal yang baru atau guru menanyakan suatu permasalahan “Ah enggah ah, takut salah” padahal dengan kita melakukan kesalahan, maka kita akan tahu hal apa yang benar. “Nanti kan kalo salah ditegur, guru aku kan killer”, ya yang namanya aksi pasti akan ada reaksi, jhaa :v . Terima saja hal itu, bayangkan jika kamu tidak melakan hal itu. Kapan kamu mengetahui kebenarannya? Berani mencoba, berani salah, berani mengambil resiko.

                Setelah 11 November berlalu, pada tanggal 14 saya dipanggil oleh bagian wakasek kurikulum. Tapi saya malas untuk menceritakannya :v Intinya beliau menyampaikan bahwa Manusia mempunyai batas

Have a nice day, readers.......
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisanku jelek? Yang penting mencoba :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tebak-tebakan Tanggal Lahir

GADANG TEROS SAMPE MAMPOS

Jangan Pernah Mengikuti Saya: Sebuah Curhatan